Hari ini BBM naik dari Rp 6.500 ke Rp 8.500. Pro kontra pasti ada. Yang pro bakal ok dengan hal ini, sedangkan yang kontra langsung deh bersilat lidah di socmed.
Socmed kan emang ajang paling pas buat ber-silat lidah. Huehehe.. :P
Di antara semua tulisan kaum kontra yang paling ngenes di hati gw adalah, katanya BBM mesti gratis! Haduh mati deh gw..
Sebagai seorang istri dari petroleum eng yang kerjanya mesti ke tengah laut sana, yang selama 2 minggu, jauh dari keluarga, bahkan satu-satunya alat komunikasi ke keluarga adalah via email, yang tentu aja nggak mungkin setiap saat mantengin komputer (di tengah laut sana, HP nggak berfungsi sama sekali karena sinyal aja nggak dapet).
Dan untuk mencapai tempat kerjanya, suami gw mesti melalui jalan darat dan udara. Eits, jangan bayangin naik pesawat komersil yang nyaman itu ya. Suami gw mesti naik pesawat baling-baling untuk perjalanan Jakarta-Matak, dan dari Matak ke tengah laut itu naik chopper.
Dan... selama 2 minggu di tengah laut itu, para pekerja di sana akan kerja selama 24 hours a day dan 7 days a week. Yaaah ada waktu buat tidur malem sih, tapi buat berleha lehi itu kayaknya agak langka.
Bahkan, temen gw yang juga bersuamikan seorang yang kerja di bidang oil and gas, bisa dibilang jarang-jarang ketemu suaminya. Sang suami bisa sampe 1-2 bulan di lapangan, trus pulang ke rumah selama seminggu, teru berangkat ke lapangan lagi.
Iyaaa.. Banyak yang bilang kerja di perusahaan oil and gas itu lahan basah buat cari uang. Dalam hal ini gw ikut meng-iya-kan. Tapi hal itu harus dibayar dengan sedikitnya waktu untuk ketemu keluarga, melewatkan tumbuh kembang anak, dan bisa dibilang hampir melewatkan banyak moment yang nggak akan terulang lagi seumur hidup. Salary dibayar lunas oleh hal-hal tersebut.
Gw, yang terlatih sebagai anak bungsu yang (sebelumnya) agak kurang mandiri, sekarang (kayaknya) gw udah tumbuh jadi istri yang mandiri deh. Hehehe..
Di saat lagi nggak enak badan dan pingin tidur sebanyak-banyaknya, tapi nggak bisa, karena anak minta diajak main (padahal kalau ada suami, ini part yang selalu jadi partnya suami), dan di saat terjadi sesuatu yang butuh banget kehadiran seorang suami di samping gw, tapi harus dihadapin sendiri karena suami lagi mencari nafkah ke lapangan, yang bahkan untuk di telpon pun susah. :')
Buat gw, dan para istri yang suaminya seorang oil field man, saat-saat yang paling ditunggu-tunggu adalah waktu jemput suami di bandara, dan ngeliat senyumnya dari pintu arrival. Saat itu adalah saat yang paling melegakan karena suami udah pulang dengan sehat tanpa suatu kekurangan apapun. :)
Jadi, kayaknya kalau ada yang bilang BBM mestinya gratis, maybe you should stand in my shoes. :)
Bukan, bukan karena dengan naiknya harga BBM terus jadi naik juga gaji suami gw (karena memang nggak ada hubungannya), atau kalau BBM gratis terus suami gw jadi nggak dapet gaji. Bukan itu yang mau gw sampaikan di sini.
Tapi, buat ngedapetin BBM sampai bisa kita nikmatin ini nggak gampang. Banyak nyawa para pekerja lapangan yang dipertaruhkan, banyak istri-istri yang harus jauh dari suaminya, dan banyak anak-anak yang terhutangi quality time bersama ayahnya.
Semoga dipahami kalau BBM sampai kapanpun nggak bisa gratis.
Tapi kalau rakyat kecil bisa menikmati hasil kenaikan harga BBM, ini gw baru setuju. :)
No comments:
Post a Comment